Masjid ini pertama kali bernama Masjid Alam diambil dari nama kecil Sultan Alamuddin yaitu Raja Alam.
Baca Juga: Beredar Video Varel Bramasta Tunangan dengan Putri Zulhas, Benarkah Ada Pertunangan?
Setelah itu namanya diganti menjadi masjid Nur Alam. Namun akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Raya Pekanbaru.
Ketika dibangun, Masjid Raya Pekanbaru memiliki gaya arsitektur Melayu dan Timur Tengah.
Desainnya merupakan perpaduan corak budaya Melayu di Pekanbaru dengan unsur agama Islam yang dibawa oleh pengaruh pendatang Timur Tengah.
Baca Juga: Ramai Diburu! Seperti Ini Spesifikasi Handphone Infinix HOT 30 yang Dibandrol Hanya Satu Jutaan
Warna masjid didominasi oleh warna kuning sebagai warna yang menciri khaskan orang Melayu.
Untuk bagian luar masjid dikelilingi oleh pintu masuk yang berbentuk melengkung. Atapnya terdiri atas tiga susun yang terbagi atas dua atap beton dan kubah puncak .
Pada tahun 2009, perombakan arsitektur masjid dilakukan pengelola dan membuatnya menjadi terlalu modern.
Baca Juga: Terkenal Jahil, Kaum Lelaki Jangan Sampai Ketemu Hantu yang Satu Ini
Akibatnya bentuk Masjid Raya Pekanbaru berubah secara signifikan yang menyebabkan hilangnya ciri khas struktur masjid awal yang merupakan bagian dari sejarah.
Al Qur'an sebagai koleksi yang sangat langka, dengan tulisan yang dibuat secara manual atau dengan tangan, sampai saat ini masih tersimpan sangat baik.
Koleksi Al Qur'an raksasa ini ditulis pada tahun 1985 oleh seorang ulama dari Riau.
Biasanya koleksi Al Qur'an raksasa tersebut akan dipajangkan di salah satu sudut masjid selama bulan Ramadhan.*