Cegah Kekerasan di Perguruan Tinggi! Anggota Komisi X DPR RI Agung Widyantoro Ajak Civitas Akademika Lawan Intoleransi dan Bullying

Photo Author
- Minggu, 2 November 2025 | 06:52 WIB
Anggota Komisi X DPR RI Agung Widyantoro saat Workshop Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi di Teras Padi Paguyangan Brebes, Sabtu (1/11/2025) (Instagram/Agung Widyantoro)
Anggota Komisi X DPR RI Agung Widyantoro saat Workshop Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi di Teras Padi Paguyangan Brebes, Sabtu (1/11/2025) (Instagram/Agung Widyantoro)

“Dampaknya bisa meninggalkan luka batin mendalam. Karena itu, pencegahan dan penanganan harus jadi tanggung jawab bersama seluruh komunitas kampus,” ujar Agung.

Adapun perundungan, lanjutnya, sering kali luput dari perhatian meski dampaknya luar biasa besar. 

Bullying, bisa berbentuk verbal, sosial, hingga siber, dan sering dilakukan oleh mereka yang memiliki posisi lebih kuat.

Baca Juga: Upaya Atasi Kemacetan dan Ringankan Biaya Pemudik, Pemerintah Bahas Diskon Tarif Tol Nataru 2025

“Kampus seharusnya menjadi pelindung, bukan tempat yang membiarkan ketidakadilan tumbuh,”tandas Agung.

Sementara itu, Muhammad Muhsin dari LLDIKTI Wilayah VI menekankan pentingnya penerapan Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT).

“Tidak boleh ada toleransi terhadap segala bentuk kekerasan di kampus,” ujarnya tegas.

Baca Juga: Tulang Rapuh Akibat Osteoporosis? Lawan dengan Pola Makan Bergizi dan Gaya Hidup Sehat Setiap Hari

Dede Nurdiawati, M.Pd, Wakil Rektor III sekaligus Ketua PPKPT Universitas Peradaban, menambahkan bahwa kampus harus berpihak pada penyintas. 

Dia pun menyerukan agar korban kekerasan berani melapor.

“Kita harus menjadi pendengar yang empatik. Yakinkan korban bahwa mereka tidak salah, dan kampus akan melindungi mereka,” ujarnya.

Baca Juga: Osteoporosis, Si Pencuri Tulang Senyap: Bahayanya Tak Terlihat Tapi Bisa Bikin Patah Tanpa Sebab

Workshop yang diinisiasi Agung Widyantoro ini bukan sekadar sosialisasi kebijakan, tetapi juga ruang refleksi moral bagi civitas akademika. 

Para peserta terlihat antusias berdiskusi mengenai upaya mewujudkan lingkungan kampus yang inklusif dan bebas kekerasan.

Menutup sesi, Agung Widyantoro kembali menegaskan komitmennya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosvitarini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X