Kemudian meninggalkan yang buruk dan akan mendapatkan keberkahan.
Filosofinya ada di gapura jembatan yaitu masuknya pintu naga dan keluarnya pintu macan.
"Kemudian di punggung umat yang melewati jembatan diberi stampel. Istilahnya kita terbebas dari marabahaya dan memperoleh keberuntungan," katanya.
Baca Juga: Dengan Tema Pemilu Damai! Pj Wali Kota Tegal Beri Apresiasi Pertunjukan Rakyat FK Metra Bahari
Perayaan tersebut tidak hanya diramaikan oleh warga keturunan Tionghoa, tetapi ratusan warga lokal juga sangat antusias untuk berdatangan.
Seperti Rosita (53) warga Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, yang sengaja datang bersama cucu dan keluarganya.
Ia mengaku selalu datang saat ada ramai-ramai di kelenteng sembari momong cucu.
Baca Juga: Sebagain Ajang Pembinaan dan Penguatan Atlet, IPSI Kota Tegal Gelar Wisanggeni Tegal Championship
Termasuk penasaran ingin melihat berbagai kegiatan seperti pertunjukan barongsai dan Kirab Gotong Toa Pe Kong.
"Senang karena bagus dan cukup menghibur., katanya.
Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal, Gunawan Lo Han Kwee mengatakan, bahwa penyeberangan jembatan 7 bintang ini adalah sembahyang kepada Dewa Rasi Bintang Utara.
Baca Juga: 5 Ide Olahan Cumi Sederhana! Anti Alot, Mudah Dibuat Rasanya Maknyus Bikin Nagih
Tujuannya untuk menolak semua bala dan petaka sehingga kedepan bisa hidup lancar dan tidak ada beban di belakang.
"Biar semua keburukan, kejelekan, apapun itu hilang. Makannya saat lewat jembatan ini tidak boleh lihat ke belakang. Kita lupakan semua yang di belakang untuk maju ke depan," jelasnya.
Gunawan mengatakan, sangat senang dengan antusias warga yang hadir pada perayaan Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun.