VIMANEWS.ID-JAKARTA-Teknologi transplantasi dari satu gen ke gen yang lain baik antara gen maupun lintas gen yang diperuntukan sebagai kegiatan menghasilkan produk yang berguna bagi kelangsungan hidup merupakan istilah yang di sebut teknologi rekayasa genetika.
Hal tersebut disampaikan Hana Iswahyuni Mahasiswa Magister Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor melalui tulisan ilmiahnya, Rabu (20/4/2022).
Hana menyampaikan, awal mulanya teknologi rekayasa genetika pertama kali di lakukan percobaan pada tanaman untuk menghasilkan produk pangan dalam jumlah yang besar bagi penduduk dunia.
"Saat ini, pengembangan hasil rekayasa genetika telah berkembang oleh manusia dan berbagai lintas jenis yang di hasilkan," tulis Hana.
Adapun prinsip teknologi rekayasa genetika yaitu dengan memanipulasi perubahan DNA atau menyisipkan gen baru di dalam struktur DNA penerimanya. Biasanya DNA yang menerima bisa dari makhluk hidup lain.
"Ini mulai gencar perkembangan dan pemakaian produk rekayasa genetika di pasaran yang membuat kontroversi bagi masyarakat," katanya.
Teknologi rekayasa genetika, menurut Hana, bertujuan mengurangi masalah kurangnya pasokan bahan pangan yang dihadapi penduduk dunia yang belum berkemampuan untuk menentukan dan menyelesaikan permasalahannya karena banyaknya pertumbuhan penduduk yang sangat begitu cepat.
"Namun saat ini perkembangan rekayasa genetika selalu menuai kontroversi di sekitar masyarakat dunia maupun bagi para ilmuwan," sambung Hana.
Bagi kelompok masyarakat yang pro dengan produk rekayasa gentika, kata Hana, mereka memberikan alasan bahwa adanya potensi yang sangat bisa di kembangkan dan pastinya untuk mengurangi pemakaian pestisida, mengurangi kkurangnya stock bahan sandang pangan, dan mengahsilkan produk pangan dalam jumlah yang banyak dan lebih bergizi.
"Sedangkan kelompok masyarakat yang kontra dengan produk rekayasa genetika berpendapat bahwa produk pangan hasil rekayasa genetika belum diyakini aman dan bisa menimbulkan dampak yang tidak baik bagi tubuh dan lingkungan sekitar," kata Hana lagi.
Dampak negative yang tejadi di kalangan petani pun menjadi sangat merugikan. Karena petani yang kontra dengan rekayasa genetika tidak dapat menambah peningkatan produktifitas yang lebih memberikan profit.
Terkait, Metode Rekayasa Genetika, Hana menyampaikan ada macam-macam metode yang di gunakan untuk rekayasa genetika yaitu transgenic, modifikasi genetika, teknologi DNA, cloning gen (memodifikasi dan mentransfer gen dari sel, jaringan atau makhluk hidup ke makhluk yang lain.
Dari beberapa metode yang ada, biasanya teknologi yang sering banyak di rekombinasi adalah DNA recombinant.
"Metode DNA rekombinasi merupakan teknik isolasi, memecah, dan memindahkan potongan DNA sesuai dengan gen yang akan menjadi target rekayasa genetika," jelasnya.
Yang sedang populer saat ini, imbuhnya, yaitu dengan cara memindahkan dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lainnya untuk memperoleh program melalui teknik rekombinasi DNA dan memeproduksi enzim, antibody monoclonal, nutrisi, hormone, dan produk obat-obatan bahkan vaksin dalam jumalah yang cukup besar.
Rekayasa genetika merupakan alternative teknik modifikasi bahan genetic pada suatu makhluk hidup. Bedanya dari Teknik pemuliaan adalah dari segi ketepatan serta kecepatan hasil mutasi.
Mutan dari hasil DNA bisa di sebut mutagenesis yang langsung tepat sasaran (site directed mutagenesis), sedangkan mutase yang tidak secara alami bisa secara secara fisik atau kimia yang bersifat acak dan sering terjadi mutan di luar gen sasaran.
Hana juga menyampaikan terkait kontroversi produk rekayasa gentika di bidang pertanian dan lingkungan. Tanaman rekayasa genetika biasanya dapat berpotensi merusaknya keseimbangan ekosistem lingkungan dan sekitarnya.
Beberapa penyakit tanaman dan hama pun akan menuju ke lading konvensional sehingga para petani pun menjadi beralih tugas menjadi pengguna tanaman transgenic yang biayang punya sangat mahal dan dapat menimbulkan resiko kerusakan lingkungan jika tanaman tersebut di budidayakan.
"Berbeda dengan masyarakat di daerah Eropa yang sangat menyetujui pengembangan produk-produk rekayasa genetika meskipun masih manimbulkan sedikit konflik bai kantar sektor maupun lembaga," tulisnya lagi.
Sementara itu, terkait Kontroversi Produk Rekayasa Gentika di Bidang Kesehatan dan Pangan. Berbagai macam hormone manausia yakni insulin dan pertumbuhan dan obat-obatan lainnya untuk menyembuhkan penyakit telah di rasakan banyak mafaatnya.
Di dunia kesehatan, kata Hana, telah diizinkan obat yang di modifikasi secara genetic di Eropa dengan mencantumkan bahan bahan yang di gunakan.
Selain itu, beberapa informasi telah menyebutkan bahwa pangan yang di hasilkan dari proses rekayasa genetika di duga menjadi penyebab penyakit yang menyebabkan gen asing merubah nilai gizi makanan dan mampu mengurangi atau bahkan memberikan peningkatan nutrisi lain bagi tubuh.
"Gerakan penolakan pangan rekayasa genetika sampai detik ini terus terjadi di dunia dan selalu dijadikan kampanye resiko pangan rekayasa genetika yang mengasilkan racun, alergi dan efek samping bagi kesehatan jangka Panjang," imbuhnya.
Untuk kedepannya, lanjut Hana, lebih baik masyarakat tetap harus memiliki prinsip kewaspadaan dan peran pemerintah dan ilmuan sangat di utamakan.
Lebih lanjut Hana menyampaikan Informasi tambahan bagi konsumen bahwa produk rekayasa genetika sangat berpotensi apalagi dalam meningkatkan kecukupan sandang pangan bagi masyarakat dunia.
Walupun memunculkan perspektif kontroversi yang melibatkan seluruh aspek (pemerintah, perusahaan, petani, dan ilmuan), masyarakat wajib memeperhatikan dan kewaspadaan, serta harus menggali informasi sedalam dalamnya mengenai resiko produk rekayasa genetika.
Masyarakat juga harus cerdas dalam memilih produk dan membaca label dengan detail dan membaca kandungan produk yang beredar di pasaran.
"Untuk penelitian produk rekayasa genetika yang masih sedang berlanjut diharapkan semakin mendalam dan semakin berkembang supaya bisa di jadikan pertimbangan untuk memberikan regulasi secara ilmiah sehingga konsumen merasa terlindungi secara maksimal,"pungkas Hana.