Sebanyak 3.826-nya merupakan anak-anak, 2.405 perempuan dan 1000 orang masih tertimbun reruntuhan bangunan dan ribuan korban lainnya adalah lelaki dewasa.
Wajar dengan banyaknya korban yang berjatuhan presiden yang usianya telah menginjak 69 tahun itu juga mengatakan dalam pidatonya bahwa Israel adalah pion di kawasan Timur Tengah yang digunakan oleh negara-negara barat untuk mencap otoritas mereka di Timur Tengah.
Karena itu penyebab utama di balik pembantaian yang terjadi di Gaza adalah barat. Bahkan Turki pun tak segan menuduh sekutu Israel menciptakan suasana seperti perang salib yang mengadu domba umat Kristen melawan muslim.
Memang beberapa tahun belakangan hubungan Israel dan Turki sempat membaik. Hal ini ditandai dengan disetujuinya pengangkatan kembali duta besar kedua negara setahun yang lalu.
Baca Juga: Gaza Kian Mencekam, Selain Indonesia Berikut Negara Yang Melakukan Aksi Peduli Palestina
Mereka juga memulai kembali diskusi mengenai proyek pipa gas alam yang dapat menjadi dasar kerja sama yang lebih erat.
Akan tetapi hubungan yang sudah membaik itu berubah setelah sang Presiden melihat pembantaian yang dilakukan Israel dalam 3 pekan terakhir.
Tanpa menunggu lama Erdogan segera meningkatkan kecamannya atas serangan Israel yang dinilai melanggar Law of World atau hukum humaniter internasional.
Tak cukup sampai di situ, hubungan Israel dan Turki semakin memanas saat pemimpin Turki hadir pada unjuk rasa besar-besaran di Istanbul pada 28 Oktober kemarin.
Di hadapan masa yang berjumlah sekitar 1,5 juta orang, Erdogan berpidato dengan lantangnya berkata bahwa Israel adalah penjajah.
Sepanjang pidatonya Erdogan menguliti Israel karena berperilaku seperti penjahat perang sebab berusaha membasmi warga Palestina.
Ia juga menanggapi soal pengakuan Israel yang mengatakan serangannya ke Palestina sebagai bentuk pembelaan diri.