Menduduki kursi menteri pertanian, Ariel mendorong kebijakan untuk membangun pemukiman di Palestina secara ilegal menurut hukum Internasional.
Atas segala peristiwa kejam yang dialami oleh mereka dalam upaya pembelaan tanah Palestina dengan jumlah korban berjatuhan membuat Ariel dinyatakan sebagai pihak bertanggung jawab.
Intifada II terjadi setelah Ariel melakukan kunjungannya di situs suci Yahudi Temple Mount kawasan Majid Al Aqsa saat menjabat sebagai menteri luar negeri Israel.
Perang antara Palestina dan Israel yang menewaskan 4228 jiwa ditahun 2000.
Tahun 2001 Ariel berhasil menduduki jabatan barunya sebagai perdana menteri Israel ke 11 dengan janji menjaga keamanan negaranya.
Ariel membangun kembali partai barunya bernama Kadimah setelah partai yang didirikannya bernama Likud menentang segala bentuk yang dilakukannya terhadap Palestina.
Pada tahun 2005, Ariel mulai menerima azab dari segala perlakukan kejamnya kepada Palestina dan negara-negara bagian Arab yang pernah diperanginya.
Tahun 2006 ia harus mengalami pendarahan di bagian otak, bahkan seluruh badannya tidak bisa bergerak hingga terbujur tidak berdaya diatas tempat tidur rumah sakit.
Penderitaan Ariel tidak cukup sampai disitu, meski bisa mendengar namun sosok orang terkejam tersebut tidak bisa melakukan respon sekecil apapun.
Pembusukan terjadi pada setiap organ tubuhnya disebabkan oleh infeksi yang menjalar ditengah hidupnya di masa tua dalam keadaan koma.
Delapan tahun bukanlah waktu yang pendek, dengan segala penderitaan koma akibat sakit yang cukup parah Ariel bertahan hidup tanpa daya seperti masa kuatnya membunuh banyak orang.
Ariel telah menerima karma atas segala perbuatan yang dilakukan secara kejam sejak ia mulai gabung dengan mafia peneror warga Palestina hingga duduk sebagai Perdana Menteri Israel.
Di tahun 2014 Ariel dinyatakan meninggal dunia setelah kondisi mengenaskan menimpanya dari usia 77 hingga 85 tahun.