Vimanews.id-Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan pentingnya kolaborasi daerah dalam penanganan bencana demi memperkuat kesiapsiagaan seluruh wilayah.
Instruksi pemetaan wilayah rawan menjadi langkah awal penanganan bencana agar kabupaten/kota siap menghadapi potensi longsor, banjir, dan erupsi.
Peran Tagana diperkuat sebagai garda terdepan penanganan bencana di tingkat desa untuk mengantisipasi musim hujan hingga Februari 2026.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menekankan bahwa kesiapsiagaan daerah tidak dapat berdiri sendiri.
Karena itu, setiap kepala daerah diminta membangun kolaborasi yang solid dalam menjaga keamanan masyarakat saat bencana terjadi.
Penegasan tersebut disampaikan Gubernur saat memimpin Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Selasa (18/11/2025).
"Kepala daerah harus menjadi pengendali utama ketika situasi darurat muncul, termasuk menetapkan status tanggap darurat dan menentukan langkah mitigasi yang tepat," kata Gubernur.
Gubernur menjelaskan bahwa pemetaan wilayah rawan adalah hal yang wajib dilakukan, mulai dari titik longsor, daerah langganan banjir, hingga kawasan yang berpotensi terdampak erupsi gunung berapi.
"Dengan data yang akurat, pemerintah daerah dapat merespons lebih cepat dan efektif,"tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Ahmad Luthfi juga menyoroti pentingnya penguatan Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebagai ujung tombak penanganan di tingkat desa.