Vimanews.id-Proyek Kereta Api Cepat Jakarta Bandung kembali jadi sorotan publik karena polemik utang yang membengkak.
Proyek Whoosh dinilai belum mampu memberi keuntungan bagi negara di tengah beban keuangan besar.
Utang proyek Whoosh kini disorot sebagai dampak dari keputusan politik masa lalu yang belum tuntas.
Baca Juga: Perosotan Pelangi Ambruk di Wahana Pasar Malam Ketapang, Polisi Lakukan Penyelidikan
Ekonom menilai masa balik modal bisa lebih dari 30 tahun, membuat efisiensi proyek ini diragukan.
Harga tiket yang terus naik disebut tak sebanding dengan besarnya biaya operasional dan utang.
Akbar Faizal menilai perlu kejelasan tanggung jawab soal arah proyek yang berubah dari Jepang ke China.
Baca Juga: Kematian mahasiswa Universitas Udayana, Timothy Anugerah Saputra, kini diselidiki polisi.
Agus Pambagio menyebut keputusan politik menjadi akar masalah dalam pembiayaan kereta cepat Whoosh.
Skema Jepang semula berbunga 0,1% berubah jadi B2B dengan bunga lebih tinggi setelah digarap China.
Model bisnis B2B justru membuat risiko finansial tetap membebani keuangan negara secara tidak langsung.
Pakar transportasi menilai pilihan B2B membuat kontrol pemerintah terhadap proyek jadi terbatas.
Artikel Terkait
Bikin Warga Terkejut! Seperti Ini Momen Presiden RI Prabowo Subianto ke Bandung Naik Kereta Cepat Whoosh
Bupati Pati Sudewo Diduga Terseret Kasus Dugaan Suap Proyek Pembangunan Jalur Kereta, Begini Penjelasan Juru Bicara KPK
Cegah Potensi Gangguan Perjalanan Kereta Api, KAI Daop 4 Semarang Terus Lakukan Upaya Mitigasi
KAI Daop 4 Semarang Jaga Ketepatan Waktu Kereta Api Lewat Sinergi dan Inovasi Operasional
KAI Perkuat Peran Kereta Api untuk Dukung Pertumbuhan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Jawa Tengah