Dan melarang penerbangan ke dan dari Israel melewati langit negara-negara Islam serta mengirim delegasi ke Amerika Serikat, Eropa dan Rusia untuk mendiskusikan gencatan senjata penuh, permintaan sanksi yang dijatuhkan pada Israel.
Apa yang dilakukan Maroko tentu saja mencengangkan, sebab banyak yang berharap jika semua negara Islam bisa bersatu untuk memberi sanksi kepada Israel.
Sikap Maroko dengan tidak ingin memberikan sanksi Israel sebenarnya memang sudah tercium jauh-jauh hari, karena kedua negara ini memang tengah dekat setelah sebelumnya bermusuhan di awal berdirinya Israel.
Jika melihat sejarah, pada tahun 1948 di Timur Tengah pecah sebuah konflik besar yaitu perang dunia Arab dan Israel.
Pada masa itu Maroko berada di sisi dunia Arab untuk melawan Israel. Dalam perang tersebut Israel menang dari dunia Arab dan mendapatkan sekitar 60 persen tanah dunia Arab yang disengketakan.
Semua baru berubah saat Raja Hasan ke II naik tahta di tahun 1961.
Dimasa kepemimpinannya, rakyat Maroko masih anti dengan Israel. Namun Raja Hasan ke II menjalin hubungan di balik layar dengan Israel, hingga ia dikenal bermuka dua.
Hubungan dibalik layar ini dirumorkan sebagai penjamin stabilitas dalam negeri Maroko yang penuh gonjang-ganjing.
Dimasa kepemimpinan Raja Hasan ke II dirinya juga pernah mengalami percobaan kudeta militer sebanyak dua kali yakni tahun 1971 dan 1972.
Tetapi semuanya gagal, kegagalan dari kudeta militer ini banyak dirumorkan berkat bantuan dari Israel pada keluarga istana Maroko.
Kedekatan Raja Hasan dengan Israel, juga pernah dengan menyusupkan mata-mata Israel di KTT Liga Arab tahun 1965 untuk memata-matai pemimpin negara Arab lainnya.