Sebelum kepergiannya, Mbok Yem sempat menyampaikan keinginan terakhirnya kepada keluarga.
Ia merasa waktunya untuk beristirahat telah tiba dan tak ingin lagi kembali ke puncak Lawu.
Keputusannya untuk pensiun bukan karena keterpaksaan, melainkan sebuah pilihan yang penuh kesadaran.
Baca Juga: Anggota MPR dan DPR RI Wahyudin Noor Aly Serap Aspirasi Masyarakat Brebes Selatan
"Beliau sudah bilang ingin istirahat, tidak ingin naik gunung lagi. Maunya tinggal di rumah bareng keluarga," ungkap Syaiful.
Kepergian Mbok Yem bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tetapi juga bagi ribuan pendaki yang pernah singgah di warungnya.
Warung sederhana miliknya di puncak Lawu bukan hanya tempat beristirahat, tapi juga simbol keteguhan dan keramahan di tengah dinginnya udara pegunungan.
Baca Juga: Ini Alasan Israel Hapus Ucapan Bela Sungkawa Kepada Paus Fransiskus di Media Sosial
Kini, warung yang sudah puluhan tahun berdiri itu tengah dalam pertimbangan keluarga besar.
Belum ada keputusan resmi apakah warung tersebut akan dilanjutkan oleh generasi berikutnya atau tidak.
"Nanti kami bicarakan bersama keluarga besar. Sekarang fokus dulu untuk melepas kepergian beliau," tambah Syaiful.
Mbok Yem telah menjadi bagian dari sejarah Gunung Lawu.
Sosoknya yang sederhana, hangat, dan penuh semangat menjadikan ia lebih dari sekadar penjaga warung.***