“Industri media tidak minta insentif ya? Bayangkan insentif tahun 2026 ke depan pengurangan PPh itu untuk ojol, untuk industri pariwisata, tapi media tidak,” terangnya.
“Sayangnya, media yang menguasai corong publik, tidak ada diskursus yang mengatakan, wartawan butuh insentif pengurangan PPh, tidak ada,” imbuhnya.
Menyikapi hal itu, Guntur mengingatkan akan pentingnya laporan pengaduan kepada pihaknya sebagai perwakilan unsur Dewan Pers hingga kementerian dan pakar di bidang layanan platform digital.
Baca Juga: Tegal Borong Piala Jambore Pemuda Jateng 2025, Bukti Talenta Muda Tak Bisa Diremehkan!
“Makanya saya suka sindir juga, memangnya wartawan tidak sama pentingnya atau tidak kalah penting, dibanding driver ojol, dan industri pariwisata? Intinya tidak disuarakan, coba cek di Google,” sebut Guntur.
“Bahkan setahun kami berjalan, bisa dihitung dengan jari, teman-teman media yang membuat laporan pengaduan ke kami,” tambahnya.
Tren Pertumbuhan Iklan Digital
Dalam diskusi bersama insan jurnalis dan pengusaha media di Surabaya itu, Ilona Juwita sebagai Co-Founder dan CEO ProPS turut memaparkan tentang pertumbuhan periklanan digital bagi Industri media.
Baca Juga: Rayakan HUT ke-20 HIMPAUDI, Pemerintah Kota Tegal Beberkan Harapan Baru untuk Guru PAUD
"Pertumbuhan iklan di Indonesia di tahun 2025 diperkirakan sebesar 5,1 persen dengan nilai sekitar 4 juta dolar AS (setara Rp64,9 miliar dengan kurs Rp16.288)," terangnya.
Ilona juga menjelaskan tentang pentingnya pengelolaan data pelanggan untuk membuka peluang baru terkait monetisasi periklanan digital.
"Tidak hanya konten, pengelolaan data pelanggan menjadi sama pentingnya untuk memastikan pengalaman berkunjung yang tepat, dan peluang baru dalam monetisasi iklan," jelasnya.
Lia Istifhama: Kolaborasi Jadi Kunci Utama
Pada acara Mediapreneur Talks di Surabaya ini juga turut dihadiri Anggota Komite III DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama atau akrab disapa Ning Lia.