Secara sederhana mereka mengartikan penyembahan benda-benda itu dipahami sebagai pemujaan terhadap kekuatan benda.
Padahal sebenarnya ajaran kapitayan justru tidak menyembah benda itu.
Sebagai kekuatan mutlak benda-benda yang terdapat di dalam ritual keagamaan seperti pohon, batu dan mata air adalah beberapa perwujudan saja dari kekuatan yang Maha Tinggi.
Baca Juga: Lebih Tua Dari Sejarah Ilmu Kejawen, Inilah Kapitayan Agama Purba Di Era Megalit
Oleh karena Sang Hyang Tunggal dengan dua sifat itu bersifat gaib maka untuk memujanya dibutuhkan sarana-sarana yang bisa didekati panca indra dan alam pikiran manusia.
Konsep dari ajaran agama yang sedemikian lengkapnya terkesan terlalu diremehkan jika hanya dianggap sebagai pemuja animisme.
Belum lagi soal tuduhan pelaku sinkretisme serta mencampur adukan budaya yang sering kali disematkan kepada penganut agama lokal.
Padahal fakta sejarah telah menyajikan banyak berita dan data tentang adanya ajaran monoteisme dalam beberapa ajaran agama lokal termasuk agama kapitayan.
Agama kapitayan juga memiliki toleransi yang besar kepada pemeluk agama yang lain.
Pemeluk agama ini dikatakan sangat gampang berbaur dengan orang-orang yang di luar agamanya.
Baca Juga: Menguak Kisah Mistis Penglarisan Dunia Malam Diskotik Dan Karaoke, Horornya Penuh Teka Teki
Penganut kapitayan bersifat terbuka untuk agama-agama apa saja yang akan masuk ke nusantara.
Artikel Terkait
Adakah Pusaka Gaib Dalam Dirimu? Begini 7 Ciri Orang yang Terpilih
Ramai Bahas Ayat Al Quran Yang Satu Ini, Peristiwa Di Jepang Yang Bikin Netizen Indonesia Terkagum Kagum!
2 Februari 2024 Lakukan Amalan Ini Untuk Melancarkan Rejeki Dan Baik Untuk Memohon Jodoh, Tepat Di 21 Hari Bulan Rajab
Diyakini Memiliki Khasiat, Gelang Kayu Kokka Banyak Dicari dan Dipakai Orang
Seperti Ini Ciri Ciri Orang yang Punya Indra Keenam. Salah Satunya Sering Mengalami Dejavu