Vimanews.id-Pada kisah sejarah agama Purba dianut oleh masyarakat pada masa Era Megalit ini saat jauh sebelum berjayanya Islam di tanah air.
Agama purba yang menjadi bagian sejarah ini muncul pada masa Paleolitik, Mesolitik, Neolitik dan Era Megalit.
Agama purba dalam sejarah di era megalit dianut oleh masyarakat jawa yang dipercaya dengan adanya satu-satunya dewa sebagai Tuhan.
Dalam video unggahan kanal youtube @jazirahilmu pada 2 minggu lalu di jelaskan bahwa pada masa dahulu, orang jawa menyebutnya sebagai agama purba atau agama kuno.
Mereka menamakan agama purba sebagai KAPITAYAN dengan arti secara emologi adalah Taya atau tidak terlihat.
Dalam budaya sunda Kapitayan adalah Taya yang berarti tidak ada atau Teu Aya.
Pada kesimpulan bahasa Taya itu sendiri adalah sesuatu yang yidak dapat dipikirkan atau dibayangkan dan tidak dapat digapai oleh panca indra duniawi manusia.
Masyarakat jawa kuno menyebut Tuhannya dengan nama SANGHYANG TAYA.
Agama Kapitayan ini sejak dulu sudah menyatakan bahwa Tuhan adalah abstrak dan tidak bisa digambarkan.
Dengan bahasa kunonya Tan Keno Kinaya Ngapa atau tidak dapat dipikirkan atau dibayangkan.
Dalam ajaran Kapitayan Sanghyang Tunggal terdiri dari Sanghyang Wenang (kebaikan) dan Sang Manikmaya (kejahatan).
Cara beribadah agama Kapitayan ini mengenal dengan upacara adat kebaikan dengan menggunakan sarana Tumpeng, Tumpit (keranjang bambu), Tuak (arak) dan Tukung (ayam).