Maka dari itu mereka memberikan persembahan kepada tempat itu tapi bukan karena mereka menyembah batu, pohon atau apapun.
Tetapi mereka melakukannya sebagai pengabdian mereka kepada Sang Hyang Taya yang kekuatannya diwakili di semua tempat itu.
Sama halnya Islam, ketika salat di hadapan Ka'bah bukan berarti menyembah Ka'bah namun Ka'bah hanya sebagai monumen arah untuk salat.
Lalu mencium Hajar Aswad bukan berarti kita menyembah batu tapi dilakukan seperti itu karena Rasulullah SAW juga melakukannya.
Baca Juga: Begini Kriteria yang Harus Dilakukan Jika Ingin Didoakan Malaikat
Beberapa ulama mengatakan alasan Rasulullah SAW mencium Hajar Aswad semata-mata karena rindu dengan Allah SWT Sang Pencipta.
Kemudian agama kapitayan ini juga tidak mengenal dewa-dewa seperti yang ada dalam agama Hindu. Agama kapitayan ini adalah agama kuno yang dipelajari di dalam kajian arkeologi.
Peninggalan arkeologisnya dalam terminologi barat dikenal dengan nama dolmen, menhir, sarkofagus dan lain-lain yang mengidentifikasikan adanya agama kuno di sekitaran tempat itu.
Baca Juga: Jangan Keliru, Begini Wajibnya Menutup Aurat Dalam Salat
Sejarawan Belanda salah menyebut tentang agama kapitayan ini menyebutnya sebagai animisme dan dinamisme.
Sebab kapitayan memuja pohon, batu dan makhluk halus.
Begitu juga menurut sudut pandang Mahuan seorang muslim Tiongkok abad ke-15 bahwa persembahan dengan benda-benda seperti itu disebut sebagai orang yang tidak beriman.
Itu semua karena mereka tak tahu bahwa kapitayan tidak menyembah benda-benda itu. Kapitayan ini lebih menyerupai agama ketauhidan.
Sedangkan animisme, dinamisme sendiri muncul karena secara tampilan fisik ritual yang dilakukan oleh penganutnya tampak sebagai penyembahan terhadap benda-benda.