Di tahun 2017 masjid Gede Kauman Yogyakarta menyediakan 1200 sampai 1400 porsi makanan takjil setiap harinya pada Kamis sore berupa gulai kambing.
Terdapat dua versi tentang asal muasal tradisi takjil gulai kambing ini. Pertama takjil daging kambing ini bermula dari banyaknya masyarakat yang mengadakan akikah, dagingnya dibagikan untuk santapan berbuka puasa jamaah masjid.
Pengurus Masjid pun menetapkan hari khamis sebagai waktu khusus bagi yang mengadakan akikah dan kemudian berkembang menjadi tradisi baru.
Baca Juga: Telur Krispi Geprek Menu Sahur Satset yang Sederhana Rasa Luar Biasa
Kedua yakni tradisi takjil ini bermula sejak masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Sultan sebagai raja bersedekah kepada rakyatnya dan terutama kepada kaum duafa berupa gulai kambing di bulan Ramadan.
Hal itu menjelaskan bahwa praktik takjil mengambil inspirasi dari hadis tentang akikah dan hadis tentang keutamaan memberi makanan untuk yang berbuka puasa. Serta Quran surat Al Maun tentang menyantuni duafa.
Baca Juga: Mengenal Coquito Palm! Buah Kelapa Terkecil di Dunia Dapat Tumbuh Di Daerah Tropis
Tentang penggunaan nama takjil dapat ditelusuri dari teks hadis tentang perintah Nabi untuk menyegerakan berbuka.
Dari akar kata ajila yang bermakna alisra artinya bersegera dan bergegas.
Kata tajil fitri atau tajil aliftar artinya bersegera dalam berbuka. Diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi takjil yang maknanya meluas.
Baca Juga: Film Jumbo Karya Anak Bangsa, Segera Ditayangkan di Bioskop Tanah Air!Catat Tanggal Mainnya
KBBI mengelompokkan kata takjil sebagai kata kerja dan kata benda yang bermakna memperat berbuka puasa dan makanan untuk berbuka puasa.
Dan berbagi takjil untuk berbuka puasa kini telah menjadi tradisi Islam di Indonesia.***