Setelah mendapatkan siwur di rumah yang terdapat 3 wanita janda, Ki Jayaraga segera membawanya pulang.
Namun anehnya gayung yang terbuat dari batok kelapa tersebut dapat berbicara dengan Nyi Jayaraga dan meminta agar ia dibentuk seperti wajah seorang wanita.
Siwur yang bisa berbicara tersebut meminta diberi nama Nini Cowong dan minta dipegang, sambil digoyang-goyangkan seperti menari-nari oleh Ki Jayaraga dan Nyi Jayaraga.
Selama menari kedua orang tua itu menyanyikan lagu dengan berjudul siwur tuku.
Baru dinyanyikan oleh Nyi Jayaraga, tiba-tiba langsung terdengar suara petir dan mendung, seketika turun hujan yang sangat lebat.
Itulah mengapa boneka Cowong yang didandanai seperti boneka seorang wanita, dengan muka dari kayu batok kelapa yang digambar, sampai sekarang masih menjadi tradisi dan melekat bagi orang Banyumas dan sekitarnya untuk memanggil hujan.***