Vimanews.id-Wapres Gibran Rakabuming kembali menarik perhatian publik usai memilih menghadiri acara mancing mania saat peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Bagi sebagian kalangan, kehadiran Wapres Gibran Rakabuming di acara sederhana itu dinilai sebagai cara membangun kedekatan dengan masyarakat.
Namun, langkah Wapres Gibran Rakabuming juga menuai kritik karena dianggap tak selaras dengan tema besar Sumpah Pemuda yang digelorakan Kemenpora.
Baca Juga: Kemendagri Benahi Sinkronisasi Data Keuangan Pemda, Tito: Perbedaan Bukan Soal Dana Mengendap
Roy Suryo menilai kegiatan tersebut kurang merepresentasikan semangat pemuda. Ia membandingkan dengan kegiatan serupa di Solo dan Yogyakarta.
Menurutnya, Wapres seharusnya memilih kegiatan yang berdampak langsung pada pemberdayaan generasi muda, bukan sekadar kegiatan rekreatif.
Roy juga menyinggung anggaran acara yang dinilai besar, dengan hadiah motor dan elektronik. “Itu level camat, bukan level wakil presiden,” ujarnya.
Meski begitu, sebagian pengamat menilai kehadiran Gibran bisa dibaca sebagai simbol politik baru: pemimpin yang membumi dan dekat dengan warga.
Sementara itu, sorotan terhadap pengelolaan jadwal Setwapres muncul. Roy menyebut agenda semestinya disusun proporsional sesuai skala prioritas.
Dia menegaskan, setiap kunjungan Wapres melibatkan anggaran negara, sehingga pemilihan acara harus mempertimbangkan efisiensi dan nilai publiknya.
Baca Juga: Latihan Terakhir Batal, Porprov Kota Tegal Soroti Minimnya Dukungan Pemerintah Daerah
Terlepas dari pro dan kontra, momen ini memperlihatkan bagaimana gaya kepemimpinan Gibran terus diuji antara spontanitas dan simbolisme politik.***