“Hari ini saya Gubernur Aceh menetapkan status keadaan tanggap darurat bencana hidrometeorologi di Aceh,” ujarnya dalam keterangan pers,Kamis (27/11/2025).
Keputusan ini diambil setelah Pemerintah Aceh melihat luasnya kerusakan serta terputusnya jalur transportasi, termasuk akses Banda Aceh–Medan yang lumpuh akibat jembatan ambruk.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat 13 orang meninggal dunia, sementara 20 dari 23 kabupaten/kota terendam banjir.
Baca Juga: Siklon Tropis Senyar Tidak Umum, BMKG Ungkap Penyebab Bencana Besar di Aceh–Sumbar
Selain rumah warga, banjir merendam lahan pertanian dan memutus jaringan listrik serta telekomunikasi.
Warga Banda Aceh, Azharul Husna, menyebut listrik padam dua hari terakhir dan sinyal hilang-timbul.
“Saya dan keluarga semalam mengungsi tanpa listrik dan jaringan interne. Banjir berasal dari luapan Krueng Aceh,"ujar Husna.
Baca Juga: Kasus Rekening Palsu Solo Tekan Bank Jateng untuk Ungkap Evaluasi Keamanan
Dari Aceh Tengah, Bupati melaporkan sejumlah jalan utama terputus, termasuk rute menuju Aceh Utara via Gunung Salak serta Gayo Luwes menuju Takengon–Blangkejeren.
Perkembangan di Sumatra Utara
Polda Sumatra Utara melaporkan 43 orang meninggal dunia dan 88 lainnya masih dicari, per Kamis Sore (27/11/2025).
“Jumlah korban meninggal dunia 43 orang dan korban hilang 88 orang. Jumlah pengungsi 1.168 orang,” kata Kombes Ferry Walintukan, Juru Bicara Polda Sumut.
Baca Juga: Siaga Logistik Nataru, KAI Daop 4 Semarang Pertahankan Stabilitas Angkutan Barang
Bencana melanda 12 kabupaten/kota dengan kombinasi banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Dampak terparah terjadi di Tapanuli Utara dengan 40 lokasi longsor dan 12 wilayah terendam banjir, disusul Tapanuli Selatan yang mencatat 13 titik longsor dan 31 wilayah banjir.