Vimanews.id-BNPB Suharyanto menegaskan strategi terpadu untuk menangani bencana Sumatra, memastikan respons cepat pada banjir bandang dan longsor di tiga provinsi.
Perkembangan korban bencana Sumatra menunjukkan 116 meninggal dan 42 hilang, menjadi fokus upaya pencarian BNPB dan tim gabungan di lapangan.
Koordinasi teknologi jadi kunci, di mana BNPB menerapkan sistem komunikasi darurat untuk mempercepat penanganan banjir bandang dan longsor Sumatra.
Baca Juga: Masjid Mustaqim Jadi Pengungsian Lintas Agama, Tim Natal Nasional Salurkan Bantuan Sembako
Suharyanto menjelaskan bencana dipicu hujan ekstrem dari Siklon Senyar dan Siklon Koto, fenomena yang jarang terjadi di Sumatra bagian utara.
"Hujan berintensitas sangat tinggi membuat wilayah rentan, memperparah kondisi medan dan menantang operasi darurat di berbagai titik,"kata Suharyanto Sabtu (29/11/2025).
Observasi BNPB lanjutnya, menunjukkan Tapanuli Tengah paling terdampak, berbeda dari laporan awal yang memperkirakan Sibolga sebagai wilayah terparah.
"Kerusakan di Tapanuli Tengah mencakup rumah warga, fasilitas umum, hingga akses transportasi, membuat tim penyelamat bekerja lebih intensif," jelasnya.
Menurutnya, evakuasi dan pencarian korban terus digerakkan oleh tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, dan relawan yang bekerja di medan sulit.
"Untuk menjaga koordinasi, BNPB mengaktifkan jaringan Starlink setelah komunikasi rusak oleh banjir dan longsor yang memutus akses warga,"terangnya.
Starlink didistribusikan ke pemda, pos pengungsian, dan satgas TNI agar alur informasi mengalir cepat demi percepatan evakuasi dan logistik.