Sejak 22 November 2025, banjir dan longsor Sumbar merendam ribuan rumah, merusak infrastruktur, dan menelan 22 korban jiwa per 29 November 2025.
Walhi Sumbar menekankan bencana ini akibat krisis ekologis bertahun-tahun, cuaca ekstrem hanya pemicu singkatnya saja.
Tommy Adam dari Walhi menjelaskan kerusakan hulu DAS, degradasi hutan, dan konversi lahan sebagai faktor utama banjir bandang.
Baca Juga: Panduan Kuliner Malam Surabaya: Kya-Kya, Pasar Tunjungan dan Pucang Nikmati Makanan Legendaris
Pemerintah daerah dianggap belum serius mengimplementasikan kajian risiko bencana dan aturan tata ruang untuk mencegah bencana ekologis.
Fenomena kayu hanyut di sungai saat banjir menjadi bukti nyata penebangan hulu DAS yang masih berlangsung, bukan sekadar fenomena alam.
Tommy menegaskan perlunya tindakan nyata dan pengawasan lingkungan untuk mencegah terulangnya bencana ekologis serupa di masa depan.***
Artikel Terkait
Masjid Mustaqim Jadi Pengungsian Lintas Agama, Tim Natal Nasional Salurkan Bantuan Sembako
Kepala BNPB Suharyanto Optimalkan Starlink untuk Penanganan Cepat Bencana Sumatera dan Longsor
Pemerintah Tingkatkan Armada Helikopter untuk Kirim Bantuan Bencana Sumatra
Banjir Sumut Picu Penjarahan Sibolga, Wagub Surya:Warga Diminta Sabar, Bantuan dalam Perjalanan
BNPB Update Bencana Sumatera Utara, 172 Meninggal dan 147 Hilang, Tapanuli Tengah Masih Terisolir